≡ Menu

Rahasia dibalik seorang Motivator hebat

Jadi Motivator itu enak,apalagi kalau sudah terkenal, kerjanya bentar tapi penghasilannya banyak. jangankan yang terkenal seperti yang sering ada di TV, golongan yang santai seperti saya bisa hidup berbulan-bulan bahkan setahun dari pekerjaan yang dilakukan satu hari. saya menyebut santai karena 80 % kegiatan saya adalah sosial alias NATO ( NO Amplop Thanks Only,) atau (No Amplop Transport Only), selain itu sejak awal menjadi profesional, saya tidak melakukan kegiatan marketing untuk menggaet klien, website dibuatin, buku dipaksa diterbitkan, proposal dibuat kalau di minta, kartu nama tidak punya.
sekarang sudah 4 tahun kemana-mana ngga pakai sepatu apalagi jas dan dasi.

Memang tidak semua orang punya kemampuan berbagi hal yang dirasa bermanfaat dengan sajian menarik di depan banyak orang, saya menyebut diri saya mendapat karunia untuk itu. memang saya suka belajar dan berbagi, ketika berkenalan dengan para motivator yang terkenal mulai saya tertular ilmu-ilmu yang mereka miliki, bagaimana mengembangkan finansial diri sendiri dengan mengembangkan bisnis orang lain.

namun selalu ada yang mengganjal dalam hati , dan beberapa yang di dalam hati ini beberapa kali saya ungkapkan, alhasil saya ‘dimarahi’ oleh para trainer yang hebat-hebat itu. saya diyakinkan lagi dan lagi untuk mempunyai impian dan diminta untuk percaya bahwa suatu hari sukses akan didapatkan, membuang semua believe-believe yang menghambat terjadinya kesuksesan.
Dan kita semua tahu sukses disini tidak lain dan tidak bukan adalah uang.

Memang sangat menggiurkan disaat bicara dengan topik motivasi, kalau seminar lain seperti parenting, gaya hidup sehat, self healing menjualnya sudah murah, susah lagi namun seminar bagaimana mendapatkan peluang dan mengeruk pundi walau dijual mahal selalu dibanjiri peserta. Disisi lain perusahaan-perusahaan pun berlomba mengejarnya.

Sebagian yang mengganjal dalam diri saya adalah: di dunia ini lebih banyak yang mana terjadi , hal yang kita harapkan atau tidak ?, jawabanya semua orang yang saya tahu adalah “tidak” kalau begitu mengapa kita memfokuskan diri, belajar mati-matian untuk mencapai , menggapai, meraih sesuatu dan bukan belajar menerima dan melepas kalau porsi tidak terjadinya yang kita harapkan lebih besar.

kita diminta bersyukur, ikhlas dalam banyak kelas motivasi apalagi setelah film the secret muncul, tapi ujung-ujungnya seringkali kembali,mbahwa syukur dannikhlas itu digunakan sebagai sarana untuk mendapat uang atau materi lainnya.

Hampir semua pembicara yang saya tahu termasuk diri saya sendiri mempunyai masalah yang sama dengan sebagian besar dari kita, seperti kecemasan, ketakutan, kemarahan, termasuk menunda-nunda, berpikir negatif dan lainnya., alias tidak wall The tak. bahkan kalau kita mau menengok lebih dalam , semua yang dibicarakan adalah untuk menasehati dirinya, mereka yang mengajar stress management biasanya suka stress, yang ngajar self healing biasanya sakit-sakitan atau punya penyakit, yang berbagi motivasi bermasalah dengan rasa aman dan rasa takut.

Di panggung memang luar biasa, namun tak bisa dipungkiri bahwa inilah yang mungkin paling disukai peserta, terpanah dengan cerita yang to good to be true.

Lalu satu lagi dan mungkin saya salah (dan semoga saya salah disini), yang ikut seminar-semianar kaya begini kan paling banyak kalangan menengah, Mereka ingin mendapatkan lebih dan mereka mencari cara atau peluang untuk mengupulkan uang lebih banyak. jargonya hampir selalu sama, kalau saya bisa lebih kaya kan saya bisa membantu lebih banyak orang.

Pertanyaanya , Dari siapa / tingkat atau kelompok mana kita mendapatkan uang itu? , apakah uang itu berasal dari orang kaya atau sebaliknya orang miskin?., saya tidak perlu menjawab, kita semua pasti sudah tahu, presentase yang di dapatkan petani, penjahit, dibandingkan pedagang dan pengusaha dalam makanan yang kita makan atau baju yang kita pakai.

Kalau kita menjadi kaya raya , artinya uang kan ngumpul di kita saja, berapa banyak sih yang kita mau sumbangkan? biasanya tidak lebih dari 10% penghasilan , jadi bila kita semakin kaya, maka semakin banyak uang ngumpul di rekening kita, dengan kata lain semakin banyak juga orang miskin yang uangnya berkurang.

Di China ada sebuah kalimat ijak yang berbunyi : bila ada 1 kaya raya , maka akan ada 1000 orang miskin di daerah tersebut. Dunia kita belum sampai Pada tataran kesadaran pemerataan, secara sistematis dunia semakin kesini, malah membuat yang kaya makin kaya yang miskin makin miskin. Pendidikan kita masih menyebut ‘smart’ pada mereka yang bisa memanfaatkan orang atau lingkungan sehingga mereka bisa mendapatkan yang mereka inginkan. padahal pendiri bangsa ini meletakan sila ke 5, gotong royong dan koperasi sebagai fondasi utamanya,

Dari sedikit point yang terlintas yang saya tuliskan disini, bertahun-tahun lalu saya mengubah presetasi saya terutama di materi motivasi, dari yang fokus mendapatkan menjadi memberi, dari memanfaatkan menjadi memberdayakan, bukan bersaing namun bekerjasama, berlatih membesarkan hati agar mampu senang melihat orang lain bahkan pesaing mendapat keuntungan besar, serta mendorong orang untuk berani berdoa pada Pencipta “ya Tuhan, terimakasih, rejekinya sudah cukup. mohon diberikan pada yang lain saja yang lebih membutuhkan”

Memang ini jalan yang jarang dilalui, melakukan semua ini mungkin berimbas pada kehilangan banyak projek dan mungkin berkurangnya saldo di bank namun saya mendapatkan yang lebih dari semua itu, yaitu hati dan pikiran yang damai.

Copas dari Group sebelah, cerita menyentuh saya share di situs ini bukan untuk tujuan apapun namun Insaalah bertujuan hanya untuk berbagi, mohon maaf jika tidak berkenan akan kami hapus.